KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis. Kalimat efektif itu memeiliki ciri (1) koherensi (keutuhan), (2) kesejajaran, (3) pemfokusan, (4) penghematan, (5) Variasi.
Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1 Koherensi (keutuhan)
Koherensi
(keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam
kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.
(1a) Kami
pun akhirnya saling memaafkan.
(1b) Saya
pun akhirnya saling memaafkan.
(2a) Mereka
berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b) Dia
erbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan
(2a) di atas merupakan contoh kalimat yang memiliki keutuhan atau kepaduan,
sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak. Penggunaan kata ganti orang pertama
tunggal saya pada (1b) sebagai subjek predikat verba saling memaafkan tidaklah tepat. Predikat verba itu memerlukan kata
ganti orang yang jamak. Sementara itu, pada kalimat (2b) terlihat pada
penggunaan kata ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong. Predikat verba itu memiliki cirii (semantis)
dengan subjek jamak.
2 Kesejajaran
Kalimat efekif
mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran
bentuk berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna
berkaitan dengan kejelasan informasi yang diungkapkan.
2.1 Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran
bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Kesejajaran unsur-unsur
kalimat itu akan memudahkan pemahaman pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh
kalimat berikut.
(3a) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a)
memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa, keduanya merupakan kalusa bentuk
pasif. Sementara itu pada kalimat (3b) ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada
ketitidak sejajaran bentuk kalusa pasif (dipilih)
dan bentuk kalusa aktif (menyetujui).
Agar terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif. Jika
bentuk kalusa pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif pula (3a).
sebaliknya, jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk kalusa berikutnya aktif
juga. Dengan demikian kalimat (3b) dapat di perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin
unit telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran
bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat yang mengandung perincian.
Perhatikan comtoh berikut/
(4) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) pertemuan
dengan orang yang akan diwawancarai,
(b) utarakan
maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
Ketidaksejajaran
kalimat (4) terlihat dalam penggunaan bentuk kata pada awal rincian. Dalam
rincian yang pertama digunakan bentuk kata pertemuan
(nomina); dalam perincian kedua digunakan bentuk kata utarakan (verba); dalam perincian keiga digunakan bentuk kata mengatur (verba). Agar sejajar, kalimat
(4) di perbaiki menjadi seperti berikut.
(4a) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) mengatur
pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
(b) mengutarakan
maksud wawancara, dan
(c) mengatur
waktu wawancara.
2.2 Kesejajaran Makna
Kesejajaran
makna kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat. Perhatikan
contoh berikut ini .
(5) Saya tidak
memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti
itu sering terealisasi menjadi pernyataan negative (tidak memperhatikan ) digabungkan dengan pernyataan positif (mempunyai kepentingan). Akibatnya, makna
kalimat (5) tidak jelas. Seharusnya, pernyataan negative di gabungkan dengan
pernyataan negative pula atau sebaliknya. Dengan demikian, kalmat (5) dapat
diubah sebagai berikut.
(5a) Saya tidak memperhatikan dan mempunyai
kepentingan terhadap masalah itu.
(5b) Saya
memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud
dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat tertentu.
Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui
pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan
pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah
dari bumi pertiwi ini.
(7)
Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka menyerbu pertokoan
itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa
bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan atau ditonjolkan. Unsur
yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat
(8) adalah keterangan, yaitu secara
beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau
susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah
dari bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan
perekonomian Indonesia
saat itu sangat memprihatinkan.
(8a) Mereka
menyerbu pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat
ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan,
seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin
prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai
bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modal utama seorang
pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada kalimat (10) dalam ragam
tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena berfungsi untuk mempertegas
pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan
pandai dapat saja hanya muncul
sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan (10) dengan kalimat
(9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat menjadi
prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah
modal utama seorang pialang.
4 Penghematan
Kalimat efektif
ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan penggunaan kata
itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama,
(b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghilangan Subjek Berulang
Subjek berulang
terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara maupun
kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat
majemuk setara subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua, ketiga,
dan seterusnya. Pada kalimat majemuk bertingkat subjek anak kalimat sama dengan
subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(11) Dia
masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu
dia asyik membaca novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan
itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk
setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga
kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak
perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk
bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai
banyak waktu luang.
(12a) Sejak
bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu
luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa
subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Karena subjeknya sama,
salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan sehingga menjadi kalimat (12a).
Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek di dalam kalimat majemuk
bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat karena kalau urutan diubah
akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c)
dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat
tinggal di Bogor,
mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) *
Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghilangan Bentuk Ganda
Di dalam
pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat
digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
adalah merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti dan
fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, penggunaan
kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa tulis resmi,
harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan
untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang
mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian social
masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social
masyarakat yang mampu.
(14) Penghijauan
kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar tidak
terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak
terjadi banjir.
(15) Kualitas
air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan
yang dibicarakannya amat sangat penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi
untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(18) Agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya memerlukan waktu
beberapa hari saja.
(18a) Agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka hanya memerlukan waktu
beberapa hari saja.
Penggunaan
bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan
struktur kalimat, contoh (13)- - (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah
kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda
itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan
adalah contoh (13a) - - (18a) dan (13b)
- - (18b).
4.3 Penghematan Penggunaan Kata
Di dalam bahasa
Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa. Kata karyawan,peserta, atau anak, misalnya, dapat bermakna tunggal
dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat bergantung pada konteks
pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan
pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala. Kedua cara pengungkapan makna
jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan contoh dibawah ini.
(19)
*Beberapa
rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a) Beberapa
rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b) Rumah-rumah
di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20)
*Karyawan harus
menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a) Karyawan
harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b) Karyawan
harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
5 Variasi
Penyusunan
kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan
efek yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting
seperti yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi
urutan unsur kalimat. Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang
mempertimbangkan nilai komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang,
kalimat melepas, dan kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat Berimbang
Yang dimaksud
dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa informasi yang
kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya adalah sebagai
berikut.
(21)
Fajar telah
menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22)
Semua orang
laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan
(22) masing-masing mengandung dua informasi. Informasi pertama pada kalimat
(21) adalah ‘fajar telah menyingsing’
dan informasi kedua adalah ‘burung-burung
pun mulai berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai derajat yang sama. Agar
kedua informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan
majemuk, bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua
informasi yang sama-sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang laki-laki bekerja di sawah’ dan informasi kedua adalah
‘para istri mereka bekerja di rumah.’
Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk setara. Bedanya adalah bahwa
kalimat (21) berupa kalimat majemuk setara penjumlahan, sedangkan kalimat (22)
merupakan kalimat majemuk setara pertentangan.
5.2 Kalimat Melepas
Kalimatmelepas
berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung informasi yang
setara, sedangkan kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di
dalam kalimat melepas terdapat informasi utama dan informasi tambahan.
Informasi utamanya diletakkan pada bagian awal kalimat dan informasi tambahan
diletakkan pada posisi berikutnya sehingga seakan-akan informasi tambahan itu
dilepas begitu saja. Karena derajat informasinya tidak sama, jenis kalimat yang
digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat.
Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di
atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti berikut.
(23)
Fajar telah
menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24)
Semua orang
laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di rumah.
Dengan mengubah kalimat (21) dan
(22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi yang terkandung di dalamnya
mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat informasi itu dipisahkan oleh
kata penghubung saat dan tatkala. Informasi pada bagian awal
kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah informasi utama yang derajatnya
lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya, yaitu sesudah kata penghubung,
adalah informasi tambahan yang derajatnya lebih rendah. Bagian kalimat yang
memuat informasi utama itu adalah anak kalimat. Dengan demikian, kalimat (23)
dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat Berklimaks
Kalimat
berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi
utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks
informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat
(23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai
berkicau, fajar menyingsing.
(24a) Ketika para istri mereka
bekerja di dapur, semua orang laki-laki bekerja di sawah.
6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan
acara ini. (salah)
(25b) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di
daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering
mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)
7 Kecermatan
Kecermatan
di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan
kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan
tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di
perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak
dua puluh lima ribu rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak
dua puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
Sumber :
- Alwi,Hasan.2001.Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia Kalimat. Jakarta : Departermen Pendidikan Nasional
- http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/